Sabtu, 15 Februari 2014

Tradisi Semana Santa di Larantuka



SEMANA SANTA
TRADISI BUDAYA DAN AGAMA

Prakata
Pertama-tama kami atas nama kelompok CSsR I memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan karena selama satu semester ini kami bisa menempuh matakuliah Sosiologi Agama dan Metode Penelitian sampai pada akhir semester dengan baik.
Yang berikutnya juga kami haturkan limpah terima kasih kepada Rm. Dr. Budi Susanto, SJ. sebagai dosen pengampu kedua matakuliah ini yang telah memberikan pandangan dan pengajaran tentang apa dan bagaimana itu Sosiologi Agama dan Metode Penelitian kepada kami. Juga terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengadakan penelitian tentang tradisi Semana Santa yang ada di Kota Larantuka, Flores Timur sehingga kami semakin mengenal dan mendalami Semana Santa itu sendiri.
Juga kami haturkan limpah terima kasih kepada para narasumber yang telah bersedia meluangkan waktu dan kesempatannya untuk berdialog dan bertukar pikiran dengan kami dalam membantu data-data untuk menyelesaikan paper penelitian ini. Dan juga kami haturkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan paper penelitian kami ini. Tak ada yang lebih istimewah selain ucapan terima kasih dan semoga rahmat Tuhan selalu melimpah atas kita sekalian.
            Semoga hasil penelitian kami ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan dan jika ada kekurangan yang diakibatkan oleh kekeliruan peneliti mohon dimaafkan.












BAB I
                                                            PENDAHULUAN          
1.1              Latar Belakang Masalah
Pekan Semana Santa merupakan tradisi bagi umat katolik di Larantuka, sebuah kota kecil di ujung pulau Flores Nusa Tenggara Timur ternyata menyimpan sejuta misteri. Ritual religius umat katolik yang terjadi rutin setiap tahun menjelang perayaan Paskah yang menyedot perhatian ribuan peziarah untuk datang ke kota Reinha Rosari Larantuka itu, kini memasuki usia 5 abad pada tanggal 07 Oktober 2010. Prosesi Semana Santa yang dirangkaikan dengan mengarak patung Tuan Menino dan Tuan Ma hingga puncak perayaan paskah itu, masih menyisahkan sejumlah misteri yang hingga kini masih menyisahkan banyak pertanyaan tentang sejarah Tuan Ma.
Tradisi keagamaan turun temurun setiap menjelang Paskah yang memasuki usia 500 tahun  itu, tak terlepas dari ritual mengarak Tuan Ma (Patung Bunda Maria) yang disertai Tuan Menino (Arca Yesus Kristus) mengelilingi kota Larantuka pada hari Jumat Agung. Kota Larantuka sejak dahulu dijuluki sebagai kota Reinha Rosari yang merupakan tonggak sejarah ditemukan patung Tuan Ma pada lima abad lalu. Melihat suatu ritus dan budaya yang unik, menarik dan yang banyak mengandung pesan religius ini menjadi sangat menarik bagi kami untuk meneliti lebih mendalam sekaligus memperkenalkan tradisi Semana Santa ini kepada dunia. Oleh karena itu, dalam paper ini kami pun coba mengulas sejarah Tuan Ma dan pekan Semana Santa yang dirangkaikan dengan prosesi Jumat Agung setiap tahun.
  

1.2              Rumusan Masalah

Ø    Apa pesan religius yang didapatkan dari ritual Semana Santa ini?
Ø    Apa dan bagaimana pengaruh ritual ini kepada masyarakat Flores Timur dan para pesiarah yang berasal dari luar Flores Timur?
Ø    Bagaimana ritual ini mempengaruhi budaya masyarakat Flores Timur?
1.3              Tujuan Penelitian
1)                 Makna penting dalam penelitian kami bagi kehidupan sosial adalah untuk melihat dan mendalami simbol-simbol yang dipercayai sebagai titik persamaan iman atau kepercayaan suatu warga agama setempat juga bagi orang lain yang digunakan dalam upacara keagamaan (khususnya dalam tradisi Semana Santa) sebagai ungkapan iman umat. Pendalaman terhadap simbol-simbol yang telah menciptakan perasaaan dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan tidak menghilang dalam diri seseorang karena hal ini diturunkan secara turun-temurun agar setiap generasi dapat mengenalnya dengan baik.
2)                 Dalam penelitian ini juga tujuan kami adalah seperti yang telah diangkat pada permasalah, yaitu untuk menganalisis pengaruh-pengaruh sosial, budaya, politik dan agama bagi kehidupan masyarakat Flores Timur.
1.4              Kegunaan Penelitian
Ø    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Flores Timur dalam menjaga dan melestarikan kekayaan tradisi dan budaya religius dalam menghadapi perkembangan zaman.
Ø   Diharapkan dapat memberi masukan kepada siapa saja yang ingin berkunjung ke Flores Timur dalam rangka mengikuti prosesi Semana Santa sehingga dapat memberikan pemahaman awal tentang Semana Santa.
1.5       Metodologi Penyusunan Laporan Penelitian
Dalam penyusunan laporan penelitian ini kami menggunakan beberapa sumber dan landasan teori:
Ø    Observasi
Ø    Wawancara
o   Dengan beberapa narasumber yang juga merupakan orang-orang yang mempunyai kedudukan dalam ritual Semana Santa .
o   Dengan beberapa orang yang berasal dari luar Flores Timur yang pernah mengikuti upacara Semana Santa.
Ø    Studi pustaka.











BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.                  Selayang Pandang Larantuka
v  Letak geografis
Kabupaten Flores Timur yang beribukota Larantuka merupakan sebuah kabupaten kepulauan yang unik dan kaya akan budaya dan adat istiadat yang khas. Dikatakan unik karena terdiri dari tiga pulau yakni; pulau Adonara, Pulau Solor dan Pulau Flores bagian timur. Wilayah kabupaten ini sendiri berbatasan langsung dengan, sebelah utara Laut Flores, sebelah selatan Laut sawu. Luas daratan Flores Timur 1.812,85 km2, yang terdiri atas 58,85 % luas Flores Timur daratan, 28,67 % luas Pulau Adonara dan 12,48% luas Pulau Solor. Kondisi topografinya bergunung dan berbukit dengan kemiringan ± 40%. Klimatologi yang kurang bersahabat, curah hujan yang minim mengakibatkan pertanian sulit untuk dikembangkan. Walau kondisi alam seperti ini namun penduduk Larantuka tidak “kering” seperti alamnya. Orang-orangnya bersahabat dan ramah. Mereka tetap bahagia karena mereka yakin bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan mereka sendirian. Kota Larantuka sendiri berada di bawah kaki Gunung Mandiri (Ile Mandiri) dengan ketinggian ± 3500m dan ± 3m di atas permukaan laut[1].   
v  Keadaan penduduk
Masyarakat Flores Timur adalah masyarakat yang plural. Hal ini berarti bahwa masyarakat Flores Timur tidak semua memeluk agama Katolik, tetapi ada yang Islam, Protestan dan Hindu. Walau berbeda-beda agama namun keakraban dan keharmonisan tetap terjalin dengan baik. Konflik antar agama tidak pernah terjadi karena setiap orang menghargai satu dengan yang lainnya.
Jumlah penduduk, boleh dibilang cukup padat. Pada tahun 1999 jumlah penduduk sebanyak 192.196 jiwa, dengan perincian 44,75% laki-laki dan 54,35% perempuan yang yang terdiri dari 88.714 kepala keluarga, dengan rata-rata setiap keluarga 3 jiwa. Penyebaran penduduk di sana tidak merata, paling padat di kecamatan Adonara Timur, yakni 197 jiwa setiap km2 dan paling sedikit di kecamatan Tanjung Bunga[2]. Jumlah penduduk pada tahun 2012 ini tidak jauh berbeda dengan tahun 1999. Lonjakan yang tidak berarti membuat daerah-daerah di Flores Timur tetap aman dan nyaman.
          Mata pencaharian utamanya adalah pertanian. Sektor ini memberi kontribusi terbesar dalam APD (Anggaran Pendapatan Daerah), sebesar 34,53% dengan angka pertumbuhan 5,85%. Komoditi unggulan pertanian di sana adalah jambu mete. Hal ini dapat dilihat, pada tahun 2003 angka produksi mencapai 5.883.652,00 kg. Dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan 14% sehingga angka produksinya, 6.730.131,00 kg. Karena angka pertumbuhan yang luar biasa ini maka patut dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat kabupaten Flores Timur.
2.         Analisis dan Pembahasan
            Bagian ini merupakan bagian inti dari penelitian kami. Kami berusaha untuk memaparkan apa dan bagaimana Semana Santa itu, sehingga menjadi suatu ritual yang sangat istimewah hingga saat ini.
2.1       Sejarah Singkat Semana Santa
Semana berarti pekan dan santa berarti suci. Jadi secara etimologi, semana santa berarti pekan suci. Semana santa ini dimaknai secara berbeda. Dalam masa Semana Santa ini ada berbagai macam ritus keagamaan yang dilaksanakan. Istilah Semana Santa ini juga muncul karena ada berbagai macam kegiatan selama sepekan itu. Ada pun kegiatan yang dijalankan selama itu adalah sebagai berikut: mengaji Semana Santa atau berdoa, cium Tuan Ma, Tuan Ana, dan prosesi Jumat Agung dan masih ada banyak kegiatan lain pula, seperti: prosesi bahari (perarakan Tuan Menino), cium Tuan Bediri, prosesi pengantaran kembali patung Tuan Ma dan Tuan Ana.
Di dalam berbagai kegiatan semana Santa ini, yang menjadi puncaknya adalah Prosesi Jumat malam (perarakan patung Tuan Ma dan Tuan Ana) mengelilingi kota Larantuka. Untuk lebih mengenal semana Santa kita pelu mengenal terlebih dahulu asal-usul Tuan  Ma dan Tuan Ana.
2.2       Asal-usul Tuan Ma[3]
a)  Versi Bahasa Nagi I
Dikisahkan pada suatu waktu terjadilah banjir besar di Malaka, Gereja bersama isinya habis disapu banjir ke laut. Semua barang dibawa arus, sampai ada yang terdampar di pantai Larantuka. Waktu itu ada seorang anak tuan tanah bernama Yoan Resiona. Ia pergi ke pantai, membawa anak panah dan busur untuk mencari ikan. Tiba-tiba ia melihat sebuah barang terdampar di pantai. Ternyata barang itu adalah patung Bunda Maria.
Ia kembali ke darat memanggil orang Nagi untuk mengangkat barang itu. Namun karena orang Nagi saat itu belum mengenal agama dan pernak-perniknya maka orang Nagi tidak tahu bahwa barang itu adalah patung Bunda Maria. Mereka hanya berpikir bahwa barang itu keramat. Dan mereka membawa patung itu dari pantai menuju ke Korke (tempat pelaksanaan kegiatan agama asli), dekat rumah tuan tanah. Mereka menghantar dengan membunyikan gong dan gendang masuk ke Korke sambil menari. Sejak saat itu, nagi menjadi aman. Jagung, padi bertumbuh subur. Orang mengail menjala dan selalu mendapat ikan.
Kemudian datanglah orang Portugis bersama imam-imam dari ordo Dominikan ke kota Larantuka untuk mulai menyebarkan agama Kristen. Resiona bersama orang-orang Nagi membawa mereka ke Korke. Maka terkejutlah orang-orang Portugis dan imam-imam tersebut saat mereka melihat patung di dalam Korke itu. Mereka terheran-heran, sebab ternyata patung itu adalah patung yang dulu pernah mereka lihat di Malaka. Lalu mereka memberi keterangan dan mengajak Resiona bersama orang Nagi memeluk agama Katolik. Sejak saat itulah, orang Nagi memberi nama patung itu dengan sebutan TUAN MA.
b)   Versi Bahasa Nagi II
Dikisahkan pula pada suatu hari Yoan Resiona pergi ke pantai, membawa anak panah dan busur untuk mencari ikan. Ia mengangkat mata memandang ke laut, tiba-tiba ia melihat seorang sedang datang mendekatinya. Semakin dekatlah seorang itu kepadanya lantas sangat terkejutlah ia karena yang dilihatnya itu ialah seorang gadis yang sungguh cantik, lalu Resiona melihat gadis itu menulis namanya di pasir dengan kulit siput.
Sesudah itu Resiona kembali dan memberitahukan kejadian itu kepada Pastor, sebab di kala itu hanya pastor yang bisa membaca dan menulis maka keduanya pun langsung pergi ke pantai. Tulisan itu adalah “AKULAH REINHA ROSARI”. Keduanya langsung mencari gadis itu namun mereka tidak menemukan siapa-siapa. Tetapi mereka hanya menemukan sebuah patung kata Resiona kepada pastor itu,”Wajah gadis yang menulis tadi serupa dengan patung ini”.
Mereka membawa patung itu dan menyimpannya di sebuah rumah dekat rumah Resiona. Resiona memohon kepada pastor untuk memberkati patung itu dan sejak saat itu orang Nagi hidup aman sentosa, hasil kebun melimpah rua, dan hasil tangkapan di laut pun melimpah.

2.3              Prosesi Semana Santa
Pengalaman mengikuti upacara semana santa sungguh terasa menarik bagi kalangan peziarah yang datang untuk mengikutinya. Salah seorang peziarah yang berdomisili di Yogyakarta, Bapak Kristoforus Tedjokusumo mengatakan bahwa sejak ia diajak oleh Bapak Felix Fernandez untuk ikut prosesi di Larantuka, ia sungguh mengalami suatu peristiwa yang sulit dimengerti. Sebab setelah mengikuti prosesi itu, ia merasakan bahwa doa-doanya sungguh dikabulkan, pekerjaannya berjalan lancar dan banyak halangan berat bisa diatasinya. Ia merasa sangat berhutang budi kepada Tuan Ma, maka ia berjanji sebelum ia meninggal ia harus pergi mengunjungi Tuan Ma sekali lagi dan kalau diperkenankan, bisa lebih dari satu kali. Kami datang ke Larantuka untuk bersyukur, menyerahkan suka-duka hidup kami dalam tangan Bunda Maria, semoga anak keturunan kami terlindung dari segala marah bahaya dan hidup bahagia serta selalu berbuat baik untuk negara dan Gereja. Demikianlah ungkapan harapan Bapak Tedjokusumo selanjutnya setelah ia mendapat pengalaman yang menggembirakan dalam hidupnya.
Tak sama dengan Bapak Tedjokusumo, salah seorang tokoh yang punya peran penting dalam upacara semana santa mengatakan hal yang berbeda. Dalam wawancara dengan bapak Fransiskus Diaz, yang juga adalah seorang Konfreria (suatu kelompok religius awam untuk laki-laki) yang berdomisili di Paroki San Juan Lebao, ia mengatakan bahwa upacara Semana Santa yang ada di Kota Larantuka ini semakin lama semakin mengalami pergeseran. Mungkin karena perkembangan zaman atau karena kesibukan lain sehingga membuat orang mengikuti hanya asal-asalan saja, sehingga rasanya makna dari upacara ini kurang begitu dihayati. Dalam wawancara ini bapak Fransiskus menjelaskan proses kegiatan Semana Santa ini dengan cukup baik dan ia berharap agar berguna bagi banyak orang, khususnya anak-anak muda di kota Larantuka sendiri. Berikut ini adalah penjelasan Bapak Fransiskus tentang pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan selama Semana Santa itu berlangsung.
Dalam upacara semana santa ini ada berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan, mulai dari Rabu trewa sampai dengan malam paskah misalnya:
a)      Rabu
Perlu diketahui bahwa pada hari Rabu Abu, para konfreria setelah menerima abu, mereka wajib mengadakan pembukaan Pengajian sebagai tanda dimulainya mengaji oleh suku-suku Semana. Beberapa suku yang mempunyai peranan penting dalam Semana  Santa, antara lain; suku Kabelen, Suku Lewai, Suku Raja Ama Koten (Diaz Viera Da Godinho), Suku Kea Alyandu, Suku Ama Kelen De Rosary, Suku Maran, Suku Sau Diaz, Suku Riberu Da Gomes, Suku Lamuri, Suku Mulowato, Suku Lewerang dan suku Kapitan Jentera[4]. Seluruhnya ada tiga belas suku. Upacara pengajian ini dilakukan selama masa prapaskah sampai dengan hari rabu dalam pekan suci.
Pada hari rabu dalam pekan puncak atau yang biasa dikenal dengan nama Rabu Trewa (Rabu Berkabung) rabu sebelum kamis putih, sekitar jam 07.00 diadakan Pengajian Penutup di Kapela Tuan Trewa. Penanggungjawab pengajian ini adalah suku Kapitan Jentera (suku Fernandez Aikoli), yang juga sebagai pemilik patung Trewa (Tuan Trewa).
Pada pukul 10.00 masyarakat kelurahan Larantuka mulai mengarahkan perhatiannya ke Tori Tuan Trewa karena di sini akan diadakan pembukaan pintu Tori oleh kepala suku Fernandez Aikoli. Setelah seremoni dan Muda Tuan (patung dimandikan) oleh kepala suku, pada hari berikutnya patung Tuan Trewa kemudian ditakhtakan untuk masyarakat umum. Patung Tuan Trewa memperlihatkan Yesus yang dirantai sambil mengenakan mahkota duri serta darah mengalir di wajahnya. Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan doa bergilir semalam suntuk di Tori ini hingga perarakannya pada Jumat sore ke armida IV yang berjarak sekitar 60 m.
Pada malam rabu trewa ini juga seluruh kota Larantuka terdengar gaduh di mana-mana dengan memukul drum, menarik seng di jalan-jalan dan sebagainya sebagai tanda untuk mengingatkan kita akan gaduhnya prajurit dan serdadu memasuki Taman Getzemani menangkap dan menyeret Yesus.
b)     Kamis Putih
Pada hari kamis ini, ada berbagai kegitan yang dilakukan. Mulai dari pemasangan turo (pagar lilin di sepanjang rute prosesi), pembukaan kapela-kapela secara resmi dilanjutkan dengan penciuman patung-patung. Upacara ini pun dilakukan dalam suasana hening dan khusuk. Seluruh sudut kota Larantuka mengalami kebisuan, segala kesibukan dihentikan dan bebagai tindakan yang menghasilkan bunyi-bunyi ditiadakan. Hari ini juga dinamakan sebagai hari bae (hari untung) karena Tuhan bersedia datang mengunjungi Kota Larantuka.
Acara pemasangan turo dilakukan pada pagi-pagi benar sebelum kapel-kapel dibuka pada jam 09.00, karena semua wajib menyaksikan pembukaan kapel oleh raja Larantuka. Setelah itu upacara penciuman dimulai. Semua patung dibuka untuk umum, namun tidak boleh mendahului patung Tuan Ma dan Tuan Ana. Patung-patung itu misalnya, Tuan Ma, Tuan Ana, Tuan Menino, Tuan Bediri, Tuan Terewa dan patung-patung kecil lainnya. Semua kegiatan penciuman ini dilakukan dengan tenang.
c)      Jumat Agung
Hari ini adalah puncak dari semua kegitan Semana Santa, karena pada hari ini akan diadakan prosesi mengelilingi kota Larantuka. Namun sebelum mengadakan prosesi pada malam hari, ada berbagai kegiatan dilakukan. Misalnya, melanjutkan upacara penciuman, pemasangan lilin di jalur prosesi, pembuatan Armida, berdoa di kubur dan salah satu kegiatan yang menarik adalah prosesi bahari (prosesi laut di selat Gonsalu). Prosesi ini merupakan prosesi perarakan Tuan Menino dari rumah-Nya yang berada di ujung kota Larantuka menuju Armida-Nya di jalur perarakan. Upacara ini unik karena dilakukan di laut dan semua jenis kapal motor, perahu, dan berbagai jenis lainnya wajib mengikutinya.
Pada sore harinya semua berbondong-bondong pergi ke kuburan untuk menyalakan lilin dan berdoa. Ini dilakukan agar para arwah pun turut mengikuti upacara ini. Setelah itu pada jam 18.00 prosesi dimulai, dibuka dengan nyanyian Lamenatasi yang dibawakan oleh Konfreria[5]. Prosesi dimulai di Gereja Katederal dan berakhir pula di Gereja Katederal. Menariknya adalah kita melihat orang dengan jilbab dan peci pun berada di sepanjang perarakan ini. Mereka hadir untuk menjadi penjaga keamanan selama prosesi berlangsung. Hal ini memang tidak asing karena memang di Larantuka hidup rukun antar umat beragama sungguh baik.
Dalam prosesi ini ada delapan armida disinggahi. Delapan armida itu adalah: Misericordiae, Tuan Meninu, St. Philipus, Tuan Terewa, Mater Dolorosa, Kuce dan armida Tuan Ana[6]. Menurut bapak Kristiforus Tedjokusumo, setiap persinggahan diadakan pembacaan Kitab Suci dan menyanyikan lagu Ovos. Ketika ditanya mengapa dibacakan Kitab Suci di setiap perhentian, ia menjelaskan bahwa karena di setiap perhentian itu ada patung-patung yang melambangkan penderitaan Kristus sehingga diadakan pembacaan kisah-kisah yang berkaitan dengan penderitaan Kristus.  Karena ada delapan armida yang harus disinggahi maka biasanya upacara prosesi ini berakhir kira-kira jam 04.00-05.00 pagi.

d)     Sabtu
Pada hari ini tidak ada kegiatan yang lebih istimewa karena upacara puncak semana santa berpuncak pada hari Jumat (kemarin). Pada hari ini semua patung diarak kembali ke rumahnya masing-masing. Sesuai tradisi sebelum patung Tuan Ma dan Tuan Ana masuk ke rumah mereka, semua patung kudus lainnya sudah harus masuk rumah kediamannya masing-masing kecuali patung Tuan Menino yang masih berada dalam perjalanan di selat Gonsalu. Setelah pengembalian semua patung ke rumah mereka, semua umat mulai bersiap-siap untuk mengikuti perayaan Ekaristi Malam Paskah sebagai sumber dan puncak iman.

3.         Pengaruh Semana Santa dalam Hubungan dengan Keadaan Kota Larantuka
3.1 Semana Santa dalam Hubungannya dengan Agama dan Budaya
Dalam kegiatan Semana Santa ini, dapat dikatakan bahwa agama dan budaya sulit untuk dipisahkan. Artinya bahwa keduanya saling berkaitan dan mendukung satu dengan yang lainnya. Di sini terjadi inkulturasi budaya dalam upacara keagamaan. Kebudayaan oleh Clifford Geertz digambarkan sebagai sebuah pola makna-makna (a pattrn of meanings) atau ide-ide yang termuat dalam simbol-simbol yang dengannya masyarakat menjalani pengetahuan mereka tentang kehidupan dan mengekspresikan kesadaran mereka melalui simbol-simbol itu. Sedangkan Agama digambarkannya sebagai suatu sistem simbol yang bertujuan untuk menciptakan perasaan dan motifasi yang kuat, mudah menyerah dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang dengan cara membentuk sebuah konsepsi tentang sebuah tatanan umum, eksistensi dan melekatkan konsepsi ini kepada pancaran-pancaran faktual dan pada akhirnya perasaan dan motifasi ini akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik[7].
Semana Santa adalah suata budaya yang ada di Larantuka yang merupakan peninggalan Portugis. Budaya ini dilestarikan dan dijalankan hingga kini karena di dalamnya terkandung unsur religius, unsur agama yang kuat. Demikian pula sebaliknya ritual merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang dilakukan berulang-ulang, salah satunya adalah Devosi. Upacara Semana Santa ini merupakan suatu kegiatan devosi pada Bunda Maria Mater Dolorosa. Dapatlah dikatakan bahwa kebudayaan masyarakat Larantuka itu juga menyatu dengan kegiatan Agama. Jadi dalam kegiatan Semana Santa ini budaya dan Agama saling melengkapi dan menyatu.
3.2 Semana Santa dalam Hubungannya dengan Ekonomi dan Politik
a. Ekonomi
Dampak samana Santa bagi perekonomian Larantuka sangat besar. Menjelang hari raya Paskah kota Larantuka yang berada di pesisir pantai dengan suhu yang diatas 30 derajat disesaki oleh lautan manusia yang datang dari berbagai pelosok daerah dan tak sedikit pula yang berasal dari luar negeri. Selain dari pada itu, menjelang Samana Santa, hotel-hotel di Larantuka selalu penuh. Oleh karena itu, banyak peziarah harus menginap di rumah-rumah penduduk karena tidak kebagian hotel. Jumlah peziarah yang hadir kira-kira 5000 orang tiap tahunnya. Pada tahun 2012 di antara sekian banyak peziarah  yang hadir juga terlihat mentri perdagangan dan pariwisata, Mari Elka Pangestu yang meluangkaan waktu untuk mengikuti rangkaian upacara Semana Santa ini. Dengan banyaknya peziarah dapatlah dikatakan bahwa selain menjadi sumber pendapatan daerah, juga bisa menjadi berkah bagi para penjual makanan (jagung titi, buah-buahan, dll) dan penjulan souvenir (patung Tuan Ma, Rosario dan air berkat yang diisi dalam patung-patung, dll).
b. Politik    
Secara nasional, Samana Santa juga mempengaruhi kebijakan pemerintahan. Pada  pemilihan legislatif pada tahun 2009, di NTT terjadi kehebohan, karena pemilihan terjadi persis pada hari Kamis Putih. Masyarakat merasa pemerintah melakukan diskriminasi terhadap orang Kristen. Aksi protes pun muncul di mana-mana dan yang paling kuat penolakan itu berasal dari Larantuka karena pada hari itu mereka akan memulai prosesi samana Santa. Pemerintah daerah berusaha berkonsolidasi dengan penerintah pusat, agar Larantuka memperoleh dispensasi. Akhirnya, komisi pemilihan umum Daerah Nusa Tenggara Timur mengundurkan jadwal pemilihan umum 2009 di Kabupaten Flores Timur dan Lembata, pemilu di dua kabupaten ini baru diadakan pada 14 april 2009.
Dalam skala lokal, Semana Santa menjadi ajang bagi para calon kepala daerah dan legislatif untuk  memperkenalkan diri, sebab yang hadir dan terlibat dalam kegiatan itu, masyarakat yang hadir tidak hanya berasal dari kalangan Katolik tetapi juga berasal dari kalangan Muslim. Dengan adanya kegiatan ini, para calon sungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan untuk memperkenalkan diri mereka dengan cara memberi bantuan-bantuan. Dengan ini para calon kepala daerah dan legislatif menggunakan moment yang bermakna ini sebagai ajang promosi diri.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Upacara Semana Santa yang diadakan ini merupakan upacara budaya dan agama. Oleh karena itu kegiatan Semana Santa tidak dapat dilepaspisahkan dengan berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat di Larantuka. Kegiatan ini pun menjamin kehidupan masyarakat Flores Timur di masa yang akan datang.
3.2 Pesan
Berbagai macam kegiatan yang dilakukan dalam upacara semana santa sungguh sangat menyentuh hati para peziarah. Peziarah sungguh yakin bahwa dengan mengikuti kegiatan seperti ini, segala permohonan mereka akan dikabulkan. Oleh karena itu, melalui paper ini kami mengharapkan agar para peziarah maupun para penduduk asli atau singkatnya semua orang yang mengikuti upacara semana santa sungguh-sungguh mempertahankan tradisi yang sudah dibina sejak sekian tahun yang lampau.


















DAFTAR PUSTAKA


Clifford, Geertz.,
1992    Kebudayaan Dan Agama, Bab I “Agama Sebagai Sebuah Sistem Kebudayaan”, Jogjakarta, Kanisius.

Fernandez, Yohanes,
2007    Panduan Prosesi Jumat Agung Larantuka, [...], [...].

Sabon, Max Boli.,
2002    Penelitian Penggunaan Keputusan Hakim Desa Tentang Perkara Perdata Adat dalam Keputusan Pengadilan Negri di Indonesi,  Jakarta.

Tukan, Johan Suban.,
2001    Prosesi bersama Tuan Ma dan Tuan Ana, YPPM dan Pahala Kencana, Jakarta.

Wawancara dengan:
Ø  Bapak Fransiskus Diaz yang berdomisili di Larantuka,
Ø  Bapak  Kristoforus Tedjokusumo yang berdomisili di Jogjakarta dan
Ø  Bapak Paulus Uran dan Semau Odjan yang berdomisili di Larantuka

Selain dari pada itu, beberapa anggota dari kelompok kami menjadi sumber utama karena berasal dari Flores Timur (Larantuka) yang pernah menyaksikan dan mengikuti upacara semana santa, yakni:
Ø  Firminus Aloy K. Hewen
Ø  Yusuf Freinademetz Hopelewo Uran
Ø  Nikolaus Lusi Uran


[1] Max Boli Sabon, Penelitian Penggunaan Keputusan Hakim Desa Tentang Perkara Perdata Adat dalam Keputusan Pengadilan Negri di Indonesi, Fakultas Hukum Unika Atma Jaya, Jakarta 2002, 159.
[2] Max Boli Sabon, Penelitian Penggunaan Keputusan Hakim Desa Tentang Perkara Perdata Adat dalam Keputusan Pengadilan Negri di Indonesi,  Jakarta 2002, 19.
[3] Johan Suban Tukan,  Prosesi bersama Tuan Ma dan Tuan Ana, YPPM dan Pahala Kencana, Jakarta, 2001, 79.
[4] Yohanes Fernandez, Panduan Prosesi Jumat Agung Larantuka, 77.
[5] Yohanes Fernandez, Panduan Prosesi Jumat Agung Larantuka, [...], [...], 2007, 26.
[6] Yohanes Fernandez, Panduan Prosesi Jumat Agung Larantuka, 19-20.
[7] Clifford Geertz, Kebudayaan Dan Agama, Bab I “Agama Sebagai Sebuah Sistem Kebudayaan”, Jogjakarta, Kanisius 1992, 386.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar